Elephas maximus
Gajah Asia (Elephas maximus)
di ekosistem Sumatra dan Sri Lanka mempunyai ukuran binatang yang besar
dan rata-rata umur bertahan sampai puluhan tahun. Gajah berperan sangat
penting dalam mempengaruhi habitat dan memelihara keanekaragaman
biologi secara besar-besaran. Gajah Asia adalah herbivora besar, yang
menurut definisi mengacu pada mamalia pemakan tumbuhan. (Owen-Smith
dalam Santiapillai,1988).
Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah yang paling kecil dari
ketiga subspesies dari Gajah Asia, dan merupakan endemic untuk Pulau
Sumatra. Sebelum terjadi perusakan besar-besaran pada habitatnya, gajah
secara luas tersebar di seluruh Sumatra pada ekosistem yang beragam,
Gajah Sumatra ditemukan sampai hutan primer pada ketinggian di atas
1,750 m di Gunung Kerinci Barat Sumatra (Freywyssling, 1933 dalam
Satiapillai. 2007).
Habitat yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di daerah jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah mengadakan migrasi luas. Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah dari daerah gunung ke dataran rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu kali ketika hujan datang (Van Heurn, 1929; Pieters, 1938 dalam Satiapillai. 2007).
Habitat yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di daerah jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah mengadakan migrasi luas. Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah dari daerah gunung ke dataran rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu kali ketika hujan datang (Van Heurn, 1929; Pieters, 1938 dalam Satiapillai. 2007).
Gajah sumatera mempunyai ciri badan lebih
gemuk dan lebar. Pada ujung belalai memiliki satu bibir. Berbeda dengan
Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4 kuku
di kaki belakang. Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000
kilogram, lebih kecil dari Gajah Afrika.
Gajah Sumatera dewasa dalam sehari
membutuhkan makanan hingga 150 kilogram dan 180 liter air. Dari jumlah
itu, hanya sekitar 40% saja yang mampu diserap oleh pencernaannya. Untuk
memenuhi nafsu makan ini Gajah Sumatera melakukan perjalanan hingga 20
km perharinya. Dengan kondisi hutan yang semakin berkurang akibat
pembalakan liar dan kebakaran hutan, tidak heran jika nafsu makan dan
daya jelajah bintang berbelalai ini sering terjadi konflik dengan
manusia.
Sebagaimana spesies gajah asia lainnya,
Gajah Sumatera tidur sambil berdiri. Selama tidur, telinganya selalu
dikipas-kipaskan. Ia mampu mendeteksi keberadaan sumber air dalam radius
5 kilometer. Gajah Sumatera, mengalami masa kawin pada usia 10-12
tahun. Dan akan melahirkan anak 4 tahun sekali dengan masa mengandung
hingga 22 bulan.
Populasi satwa ini di seluruh pulau
Sumatera tinggal 2400-2800 ekor dan terus berkurang. Populasinya
tersebar di tujuh provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Bahkan
diyakini sejak 2007 telah menghilang dari Kawasan Taman Nasional Bukit
Duabelas.
penjelajahan.....


Tidak ada komentar:
Posting Komentar